gambar

Rabu, 17 Agustus 2011

Merdeka


  Realitas alam

EPISODE
        Kami duduk berdua
       Di bangku halaman rumahnya
Pohon jambu di halaman rumah itu
Berbuah dengan lebatnya
Dan kami sedang memandanginya
Angin yang lewat
Memaingkan daun yang berguguran
Yang mengotori rambutnya


MENYESAL
                                Pagiku hilang sudah melayang
                   Hari mudahku sudah pergi
                   Sekarang petang datang membayang
                   Batang usiaku sudah tinggi

                   Aku lalai dihari pagi
                   Beta lengah di masa muda
                   Kini hidup meracun hati
                   Miskin ilmu, miskin harta

                   Hanya menambah luka sukma
                   Kepada yang mudah kuharapkan
                   Atur barisan di hari pagi
                   Menuju keambang padang bakti




   Sosial budaya

TUHAN TELAH MENEGURMU
                  Tuhan telah menegurmu dengan sangat sopan
           Lewat perut anak anak yang kelaparan
           Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan
           Lewat semayup suara adzan
           Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran



GUNUNG SALAHUMU
Kaka ambon ibu negeri tanah Maluku
Dipinggir laut tempat beta bersatu
Di lihat dari jahu gunung salahumu
Aku ingat beta dahulu di situ
         
Kalan terang benderang di pinggiran pantai
Bunyi gitar suara ramai
Kota ambon yang indah dan permai
Tempat beta yang damai






   Masyarakat
DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA
Adakah yang kupunya anak anakku
Selain buku buku dan sedikit ilmu
Sumber pengapdianku padamu
Kalau hari minggu engkau datang ke rumahku
Aku takut ank anakku
Kursi kursi yang tua disana
Dan meja tulis sederhana
Dan jendele jendele yang tidak pernah diganti kainya
Semua kepadamu akan berceriTA
Tentang hidupku di rumah tangga
Ah” tentang ini aku tak pernah bercerita
Depan kelas sedang menatap wajah wajahmu remaja
Horison yang selalu biru bagiku
Karna kutahu anak anakku

                                Tanah air mata
                                Tanah airku tanah tumpu dukaku
                        Mata airair mata kami
                        Air mata tanah air kami

                        Di sinilah kami berdiri
                        Menyanyikan air mata kami
                        Di balik gembur subur tanahku

                        Kami simpan perih kami
                        Di balik etalase mengah gedung gedungmu
                        Kami coba sembunyikan derita kami
                        Kami coba simpan nestapa
                        Kami coba kuburkan sukalara

                        Tapi perih tidak bisa sembunyi
                        Ia merebak kemana mana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar